Jumat, 01 Agustus 2008

Dosen buta aksara ingin punya sanggar


Dosen buta aksara ingin punya sanggar






Marsius sedang mengajar praktek musik Batak Toba di USU
Marsius sedang mengajar praktek musik Batak Toba di USU

Seorang dosen musik tradisional Batak Toba yang tidak paham membaca dan menulis, berkeinginan untuk mendirikan sanggar seni sebagai upaya untuk melestarikan musik asli tanah kelahirannya.

"Sayang sekali nanti tak ada lagi anak-anak yang mengetahui tradisi ini. Saya coba mengajari anak-anak di kampung sekali seminggu, tapi tidak ada gairahnya," kata Marsius Sitohang kepada BBC Siaran Indonesia.

Pak Marsius, yang hanya sempat mengenyam pendidikan hingga kelas 2 Sekolah Dasar di Pulau Samosir, kini mengajar musik tradisional Batak Toba, di jurusan Etnomusikologi, Universitas Sumatra Utara.

Dia mengaku merasa sedih karena generasi muda tidak lagi menekuni musik tradisional Batak Toba, yang biasa digunakan untuk mengiringi suara maupun tarian pada acara-acara keagamaan, upacara adat dan hiburan.

Oleh karena, begitu ada tawaran untuk menjadi dosen luar biasa, Marsius menyanggupi tawaran itu, meski dia tidak bisa membaca dan menulis.

"Mahasiswa di sini tidak sombong dan mereka pengertian atas kondisi saya," tambah Marsius.

Tawaran untuk menjadi dosen tersebut muncul setelah Marsius menampilkan beberapa lagu untuk mengisi sebuah seminar di Medan pada tahun 1985.

"Sayang sekali nanti tak ada lagi anak-anak yang mengetahui tradisi ini" - Marsius Sihotang

Kisah Marsius Sitohang telah diudarakan dalam acara Tokoh BBC Siaran Indonesia, Minggu, 27 Juli 2008, siaran pukul 05.30 WIB.

Versi panjang Tokoh BBC Siaran Indonesia dengan tamu dosen luar biasa, Marsius Sitohang, bisa anda ikuti Senin, 28 Juli 2008, pukul 06.00 WIB melalui sejumlah radio FM mitra BBC.

MARSIUS SITOHANG
Marsius ketika wawancara dengan Rohmatin Bonasir
Lahir, 1 April 1953, di Kampung Talipi, Samosir
Putus sekolah saat kelas 2 SD
Umur 10 tahun bergabung dengan grup opera
Menarik becak selama satu tahun
Dosen USU mulai tahun 1985

Pinjam suling

Marsius Sitohang lahir dari kalangan keluarga pemain opera tradisional Batak yang sering bepergian ke luar kota.

Ayahnya menugaskan Marsius kecil untuk menggembali kerbau di kampungnya, Talipi, Samosir.

Pada saat menggembala kerbau, dia meminjam suling, salah satu alat musik tradisional Batak Toba.

"Aku dengar ada orang yang memakai suling, kok enak suaranya. Tolonglah aku pakai dulu. Lalu aku tiup-tiuplah seruling itu," tutur Marsius tentang awal mula dia menekuni musik tradisional terutama suling.

Dengan bekal kemahiran meniup sulim - seruling tradisional Batak, Marsius Sitohang telah mengunjungi beberapa negara di benua Asia, Eropa, dan Amerika di sela-sela tugasnya menjadi staff pengajar di USU, Medan.

Dia juga beberapa kali dipercaya menggarap musik untuk pertunjukan opera Batak.




Tidak ada komentar: